Kamis, 03 November 2011

Memanfaatkan Bahan Bakar Alternatif

Briket Sampah Organik
Membuat briket jenis ini relatif murah dan sederhana. Sampah organik terlebih dahulu dibakar dalam sebuah lubang sampai menjadi arang. Arang lalu ditumbuk, dihaluskan, dan disaring menjadi bubuk. Setelah diberi campuran perekat (tepung kanji), bubuk lalu dicetak.
Dalam prosesnya, hanya arang yang berwarna hitam pekat yang diolah karena lebih berkualitas dalam menghasilkan energi. Arang daun ini ditumbuk hingga halus dan dicampur dengan tepung kanji dengan takaran 1 berbanding 4. Tepung kanji yang digunakan hanya sedikit karena hanya sebagai perekat. Setelah tercampur rata, adonan ini dicetak sesuai kebutuhan dan dijemur hingga kering. Setelah dijemur sampai kadar airnya hilang, terbentuklah briket sampah yang siap pakai.
Selain bisa menggantikan minyak tanah, arang briket juga ramah lingkungan karena tak mengandung zat kimia yang membahayakan. Briket ini juga hemat dan bisa menyala lebih lama, yakni enam jam terus-menerus tanpa perlu dikipasi. Setelah dipakai, ampas briket sampah tetap bermanfaat sebagai pupuk tanaman.

Briket Eceng Gondok
Eceng gondok gemar menutupi permukaan air dengan kecepatan tumbuh yang luar biasa. Repotnya tanaman gulma menyebabkan pendangkalan. Di Cihampelas, Bandung, Kelompok Usaha Briket Bio Power telah mengusahakan pemanfaatan tanaman gulma ini untuk menjadi bahan bakar alternatif.
Pertama, eceng gondok diiris-iris lalu digiling dengan mesin penggiling sederhana. Air perasannya dipisahkan dan bisa dimanfaatkan untuk pupuk. Sementara ini eceng gondok dimanfaatkan untuk pupuk tanaman hias, bukan untuk sayuran, karena khawatir ada B3 Irisan eceng gondok dicampur dengan tanah liat, kapur, dan serbuk gergaji.
Setelah itu, campuran tadi dimasukkan ke dalam silinder pencetak yang berdiameter 15 sentimeter. Setelah dijemur tiga hari, briket eceng gondok pun bisa langsung digunakan. Dengan ditambah sedikit minyak tanah, briket akan segera membara dan siap untuk memasak.
Briket bisa juga dibakar sehingga menjadi bio arang. Dengan kandungan karbon yang lebih tinggi dan kadar air yang terkurangi, mutu bio arang ini lebih baik dibanding briketnya. Selain ramah lingkungan, briket dan bio arang ini lebih harum dan sedikit asapnya.
Sayangnya, waktu menyalanya relatif singkat sekitar 10 menit saja untuk 3-4 briket ataupun bio arang. Namun limbah hasil pembakaran briket atau bio arang masih bisa dimanfaatkan untuk abu gosok atau pembuatan telur asin, sehingga tak ada yang terbuang.

Briket Limbah Kulit Kacang
Pembuatan briket kulit kacang itu dimulai dengan pembakaran. Setelah menjadi arang, kulit kacang yang masih berbentuk utuh lantas digiling. Proses selanjutnya, serbuk arang kulit kacang itu dicampur dengan adonan lem kanji, kemudian dipres untuk dicetak. Pencampuran antara adonan serbuk kulit kacang dengan lem kanji membutuhkan perbandingan 10:1, jadi setiap 10 kilogram serbuk kulit kacang membutuhkan satu kilogram lem kanji agar bisa dipres menjadi cetakan briket yang diinginkan. Setelah briket dicetak, lantas dijemur hingga kering.
Dari keseluruhan proses produksi briket limbah sampah organik itu, pembakaranlah yang memakan waktu cukup lama, kurang lebih sekitar dua hingga dua setengah jam. Saat dilakukan pembakaran itu, kita harus benar-benar memerhatikan keseluruhan prosesnya, tidak bisa ditinggal karena harus terus-menerus diawasi, jangan sampai apinya mati sebab nanti akan gagal. Akan tetapi api itu juga tidak boleh dibiarkan hidup (membesar) karena kulit kacang yang dibakar akan menjadi abu, kalau sudah jadi abu tidak bisa dibikin menjadi serbuk. Gampang-gampang susah, memang. Untuk itu dirinya harus selalu mengamati dengan teliti ketika proses pembakaran itu tengah berlangsung melalui asap yang dihasilkan dari pembakaran tersebut.
Setiap satu tong drum ukuran sedang sanggup memuat 10 kilogram kulit kacang untuk dibakar. Itu, nantinya, akan menghasilkan briket sebanyak 5-6 kilogram. Jika bisa memanfaatkan waktu kerja secara efektif, per hari, bisa menghasilkan hingga dua kuintal briket siap pakai.
Sumber :
1. http://www.sinarharapan.co.id
2. http://www.liputan6.com
3. http://justescapefromreality.wordpress.com

Perkebunan Alga sebagai Sumber Energi Terbarukan dan Pereduksi CO2



Hal yang menarik untuk mengembangbiakan alga adalah mampu menangkap karbon, menghasilkan biofuel, pembangkit listrik, dan gas buang indutri lain yang digunakan dalam foto bio-reaktor untuk budi daya alga. Micro alga dapat dimodifikasi secara genetik agar memiliki kandungan gula tinggi dan tepung atau kandungan minyak lipid yang tinggi. Gula dan tepung ini dapat diekstrak dan digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan biofuel. Minyak lipid dapat diekstrak menggunakan proses penekanan dan dialihkan menjadi bio-diesel, bio-massa diesel, dan bahan bakar bio-jet. Menambahkan perkebunan alga ke dalam fasilitas yang memiliki sumber CO2 akan sangat menguntungkan.
Sistem Alga foto-bioreaktor merupakan inovasi energi terbarukan yang bersih dan terbaru
Alga merupakan sumber energi terbarukan yang bersih dan tidak habis-habisnya dan potensi terbesar untuk memutuskan ketergantungan akan persediaan minyak. Peningkatan lingkungan dengan kandungan non-sulfur dan pengurangan CO2 memungkinan dalam perkebunan alga.
Foto-bioreaktor alga memiliki kemampuan untuk membuat energi terbarukan dalam waktu yang sedikit dengan kemampuan permintaan produksi, sering beberapa produk dapat dihasilkan dari produksi  tanaman tunggal alga. Dengan penambahan karbon, sistem ini menghasilkan pendapatan berkali-lipat bagi pemiliknya.
Alga merupakan organisme satu sel. Alga membutuhkan hidrogen yang didapat dari H2O dan karbon dari CO2 dan melalui proses fotosintesis menghasilkan rantai hidrokarbon dan melepaskan oksigen. Banyak alga hijau dan hijau-biru mampu menduakalilipatkan massanya setiap 24 jam siklus pertumbuhan. Suku lain alga memproduksi minyak alga dengan sedikit perbedaan rantai hidrokarbon.
Micro alga memiliki tingkat pertumbuhan lebih cepat dari tanaman terrestrial. Panen  minyak alga per unit  diperkirakan antara 2000 hingga 20000 galon per acre, per tahun (4,6 hingga 18,4 l/m2 per tahun); hal ini 7 sampai 30 kali lebih baik dari tanaman terbaik lainnya, lemak Cina (699 galon).
Penelitian menunjukkan alga mampu menghasilkan hingga 60% bomassa dalam bentuk minyak. Karena sel tumbuh dalam suspensi air di mana mereka memiliki akses lebih efisien di air, CO2, nutrisi terlarut. Mikroalga mampu menghasilkan biomassa dalam jumlah besar dan minyak yang dapat digunakan baik dalam kolam tingkat tinggi atau alga foto-bioreaktor. Minyak ini dapat dialihkan menjadi biodiesel yang dapat dijual untuk automobile. Biomassa dapat digunakan untuk memproduksi biogas menjadi metana untuk menghasilkan listrik. Semakin efisien prosesnya semakin besar keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan. Produksi regional dan pengolahan microalga menjadi biofuel akan menyediakan keutungan ekonomi untuk  komunitas pedesaan.

Biobutanol
Butanol dapat dibuat menggunakan alga dengan hanya menggunakan kekuatan biorefinery. Bahan bakar jenis ini memiliki berat jenis yang hampir sama dengan gasoline, dan lebih baik dari etanol dan methanol. Kebanyakan mesin gasolin, butanol dapat digunakan untuk mengganti gasolin dengan tanpa modifikasi. Pada beberapa tes, konsumsi butanol mirip dengan gasoline, dan jika dicampur dengan gasoline, menyediakan kinerja lebih baik dan daya tahan terhadap korosi dibandingkan etanol. Sampah hijau tersisa dari ekstraksi minyak alga dapat digunakan untuk memproduksi butanol.
Biogasolin
Saat ini, bahan bakar jet dibuat dari minyak alga. “Flare test” menyatakan bahwa bahan bakar terbakar, tapi tidak meledak.  “Can Combuster Test” menyatakan bahan bakar cocok dengan teknologi dasar mesin jet.
Tampaknya alga menjanjikan banyak kebutuhan melliputi produksi gas metana untuk listrik. Karakter alga yang diinginkan:
  • Mudah ditumbuhkan
  • Tumbuh di mana saja
  • Panen tinggi per acre
  • Tidak digunakan untuk pakan hewan
  • Ramah lingkungan
Alga mengurangi karbondioksida dalam jumlah banyak dari udara. Perkebunan alga merupakan pelahap gas CO2 yang disediakan siklus karbondioksida dari pembakaran bahan bakar. Sangat memungkinkan menyita sebanyak mungkin CO2 dalam setahun dari pertanian alga. Satu acre perkebunan alga mengurangi 400 metrik ton CO2 dari udara. Foto bioreactor alga merupakan sistem tertutup, oleh karena itu karbondioksida harus dimasukan ke dalam makanan alga.
Pelaksanaan emulsi CO2 menjadi sumber air bernutrisi alga memungkinkan pelacakan mudah bagi pengurangan jumlah CO2. Sistem alga foto bioreactor menggunakan CO2 dengan pasif (atmosfer) atau aktif (pelaksanaan emulsi). Sumber CO2 seperti gas buang dari pembakaran batu bara aktif, aspal, dan industry lainnya yang merupakan sumber besar untuk produksi alga.
Karbon dan pertanian alga menyediakan diversifikasi keuntungan melalui alga dengan produk dan pengurangan karbondioksida aktif. Produksi alga untuk menciptakan biogas metana merupakan fokus terbaru yang popular dan cara hijau untuk menciptakan listrik terbarukan yang tiada habisnya untuk banyak kota dan industri di seluruh dunia.
Sumber: Ezinearticles.com
Sumber foto: aquariumslife.com